Kementan Kerja Sama dengan Swasta Kembangkan Metode Recycle Slag Baja untuk Pertanian Berkelanjutan
JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama PT Krakatau Posco dan POSCO menjalin kerja sama pengembangan metode daur ulang (recycling) terak (slag) baja untuk dimanfaatkan dalam dunia pertanian.
Kerja sama ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementan, Fadjry Djufry, Presiden Direktur PT Krakatau Posco, Jung Bum Su, dan Direktur Lingkungan POSCO, Cho Kyung Seok, pada Selasa (3/9) di Park Hyatt Jakarta.
Fadjry menjelaskan bahwa slag baja merupakan produk samping yang diperoleh dari kegiatan pembuatan baja. Slag baja mempunyai beberapa kandungan yang dapat menjadi sumber hara bagi tanaman.
“Slag baja kaya akan kandungan silika, kalsium, dan magnesium yang berpotensi sebagai pembenaah tanah ataupun sumber bahan baku pupuk silika. Dari hasil penelitian, kandungan silika berperan dalam peningkatan ketahanan tanaman terhadap serangan abiotik dan biotik serta pertumbuhan tanaman,” jelasnya.
Di satu sisi, Jung Bum Su menunjukkan bahwa dari produksi baja PT Krakatau Posco sebanyak 3 juta ton per tahun menghasilkan limbah sebanyak 1,7 juta ton yang didominasi jenis blast furnace slag (BF slag). Slag baja dalam hal ini berupa agregat slag dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, mulai dari konstruksi, proses pembuatan semen, bahan perbaikan tanah lunak, dan pupuk.
“Kratakau Posco sedang mengimplementasikan daur ulang 100 persen dengan memberikan kebermanfaatan dari produksi sampingan baja, termasuk pemanfaatan untuk pertanian yang berkelanjutan. Kita perlu berkolaborasi secara aktif untuk menyukseskan ini,” kata Jung Bum Su.
Pemanfaatan slag baja untuk pertanian telah diimplementasikan oleh Korea Selatan dan Jepang. “Pemanfaatan slag baja kami lakukan di Korea Selatan untuk mendukung pertanian rendah karbon. POSCO akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk peningkatan produksi beras dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” ucap Cho Kyung Seo.
Selain pengembangan metode daur ulang slag baja untuk pemanfaatannya pada pertanian berkelanjutan, kerja sama juga mencakup penyusunan standar untuk mengatur mutu slag baja yang digunakan di bidang pertanian.
“Industri besi dan baja penting dan strategis membangun nasional dan nilai tambah perekonomian. Adanya SNI mengatur mutu slag baja merupakan kesempatan baik untuk industri baja berkontribusi pada pertanian Indonesia,” ungkap Yerry Idroes, Co-Executive Director dari The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA).
Lebih lanjut, Fadjry berharap pengembangan daur ulang slag baja dapat mengambil andil untuk mendukung program Kementan. Ini dapat mendorong program yang dicanangkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yaitu mencetak lahan sawah dan meningkatkan produktivitas pertanian.
“Kita terus lakukan percepatan tanam dan memanfaatkan lahan-lahan untuk meningkatkan produktivitas pangan. Ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan pangan di tengah ancaman perubahan iklim yang melanda dunia,” kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan. (Hms/NS)